Senin, 21 Juli 2014

Menunggu 22Juli

Hasil Pilpres secara hitung cepat menimbulkan kekawatiran karena 12 lembaga yang melakukan hitung cepat, 8 diantaranya memenangkan pasangan nomor urut 2 Jokowi JK sementara 4 lembaga survey lainnya memnangkan pasangan nomor urut 1 yaitu Prabowo Hatta. Selisih hasil hitung cepat yang memang hanya tipis sekitar 52 % : 48% memang sangat memungkinkan terjadinya kesalahan atau distorsi. Ada sinyalir beberapa lembaga survey memang pesanan salah satu pasangan sehingga entah dengan sengaja atu tidak telah meninggalkan kaidah ilmiah dalam mengadakan survey atau dengan cara apapun manipulasinya berusaha memenangkan pasangan pemesan. Terlebih lagi setelah diverifikasi ada lembaga survey yang tidak kredibel dan memiliki rekam jejak yang kurang baik. Menanggapi situasi yang mencemaskan ini Presiden memerintahkan agar hasil hitung cepat tidak ditayangkan lagi di media elektronik agar tidak membuat masyarakat makin bingung dan berdebat serta menimbulkn perpecahan, serta kedfua belah pihak menunggu hasil hitung manual yang masih dilakukan oleh KPU.

Mengingat masing-masing pihak memang telah menyatakan kemenangannya dan bahkan masyarakat di beberapa tempat telah mengadakan pesta kemenangan. Tentu hal ini sangat mengkawatirkan manakala hasilhitung manual hasilnya mengecewakan mereka. Kekerasan akan mungkin terjadi begitu melihat hasil yang disampaikan oleh KPU tanggal 22 Juli besok. Terlebih lagi pihak yang kalah merasa telah mengeluarkan dan yang sangat besar, bisa jadi mereka mengada- ada alasan untuk tidak menerima hasil teresebut dan menghasut masa. Keinginan kita untuk mendapatkan pengganti SBY akan berbuntut panjang dan menelan kos yang mahal. Tentu kita berharap dari hasil perhitungan yang dilakukan KPu semua pihak dapat menrimanya, terutama yang kalah bisa berbesar hati menerima kekalahan, serta yang menang tidak tinggi hati yang bisa menimbulkan kemarahan. Smoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar