Assalamualaikum
Ya ayyuhalladzina amanu kutiba alaikummusiyamu kama kutiba alaladzina min qoblikum la alakum tataqun !
Ramadhan telah berada di tengah- tengah kita dan kini telah memasuki 10 hari kedua, Maghfirah Zone. Suasana syahdu puasa amat terasa, terasa melelahkan, terlebih lagi saat ini adalah musim kemarau kering dan suhu siang hari yang sangat menyengat. Uji kompetensi rohani yang mengikutkan kemampuan fisik ini terasa sekali beratnya. Masa puasa tahun ini berlangsung kurang lebih 13.5 jam, mulai jam 04.15 s/d jam 17.30. Kalender Islam yang menggunakan penanggalan komariah ini menyebabkan waktu puasa selalu maju 11 hari dari penanggalan syamsiyah, konsekuensinya bulan puasa datang dengan berganti kondisi cuaca dari tahun ketahun. Dan ini saya yakin sebagai kelebihan yang Allah ciptakan bagi kaum muslim dalam hal pelaksanaan puasa. Ujian fisik dan rohani dalam kondisi yang berbeda Ada saat jatuh pada bulan - bulan yang merupakan waktu musin kemarau seperti tahun ini sehingga memerlukan ketahanan fisik yanng prima, atau suatu ketika jatuh pada hari- hari yang selalu diliputi dengan hujan.
Puasa yang disyariatkan bagi kaum muslim dan kaum sebelumnya memiliki tujuan mulia untuk meningkatkan ketaqwaan kaum muslimin sehingga jalan kehidupannya tidak terantuk batu kemolekan dunia atau terjerembab dalam kenistaan karena dosa atau penyimpangan dari lintasan yang telah digariskan oleh Allah. Islam adalah agama rahmatan lil alamin , rahmat bagi seluruh alam semesta. Islam dinul fitrah, Islam adalah agama yang telah sempurna sebagaimana firman Allah dalam Aqur'an Surat Al Maidah : 3 " Alyauma a'maltu lakum dinakum wa atmamtu alaikum ni'mati waradhitu lakumul Islamadiina" yang maknanya " Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamaku, telah aku cukupkan nikmatku untukmu dan aku ridhoi Islam sebagai Agamamu"; Karenanya Islam harus mampu benar- benar menunjukkan diri sebagi agama yang membawa berkah bagi seluruh kehidupan. Di sinilah peran dari umat untuk menampilkan diri dalam perilaku yang santun dan menentramkan. Dan di sinilah peran syariat puasa untuk mengenolkan mileometer tingkah laku kita, untuk berenung dari segala lembaran yang sudah kita torehkan, lalu kembali menapak on the right track. Maka sangatlah logis hadis Nabi yang menyebutkan: ": Man shouma romadhona iimanan wahtisaban gufirolahu ma takodama mindambih". Barang siapa yang bersaum di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas maka akan diampuni seluruh dosanya yang telah lalu. Penjelasannya adalah selama bulan Ramadhan kita diajarkan pengekangan hawa nafsu sehingga perkataan dan perbuatan kita tidak menimbulkan salah dan dosa dan kualitas kehidupan selama bulan Ramadhan itu kita aplikasikan juga di 11 bulan yang lain, maka otomatis kita tidak membuat dosa. Itulah makna logis hadist di atas.
Takwa kepada Allah, tujuan yang ditetapkan Allah lewat ibadah puasa ini. Takwa dalam arti yang sebenar- benarnya, takwa yang tumbuh dalam hati sanubari, merasuk sukma, merefleksi dalam lesan dan perbuatan. Gelar takwa ini hanya diri sendiri dan Allah taala yang mengetahuinya, apakah setiap nafas yang dihembuskan dan setiap kata yang dituturkan semata- mata keimananya bahwa Allah selalu melihat hal tersebut. Namun sebenarnya seperti apakah gambaran orang yang takwa itu. Dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah : 1- 5 disebutkan :
- Alif Laam Miim
- Kitab Alqur'an ini tidak perlu diragukan lagi untuk menjadi pegangan hidup orang yang bertakwa.
- Yaitu orang yang beriman terhadap terhadap hal ghoib, mau menegakkan sholat serta menafkahkan sebagian rizki yang Allah berikan
- Dan juga mmeyakini terhadap kitab- kitab Allah, dan yakin akan adanya hari akhirat.
- Itulah orang - orang yang beroleh petunjuk dari Tuhannya dan itulah mereka yang beruntung.
Kitab Alquran sebagai panduan hidup bagi umat Islam, namun masih banyak umat Islam yang tidak menghiraukan keberadaannya. Indikasinya nyata, di negeri yang 90 persen penduduknya beragama Islam ini, hanya berapa persen yang mau melaksanakan ibadah puasa. Dalam kehidupan sehari- hari berapa persen yang mau secara konsisten melaksanakan ibadah sholat, membayar zakat menunaikan ibadah haji. Maka persentasinya mungkin pada kisaran 10 persenan saja. Inilah lemahnya pembinaan keagamaan di negeri ini. Memang di negeri yang masih termasuk berperkapita rendah ini masyarat kita yang masih harus berjuang setiap hari berkenaan pemenuhan kebutuhan perut, sering tidak peduli dengan urusan kebutuhan hati; siraman rohani.
Maka, dalam bulan romadan seperti sekarang ini dimana antusias masyarakat untuk beribadah meningkat, perlu dipikirkan sebuah methode efektif untuk siar agama mengajak masyarakat untuk meningkatkan amal ibadahnya. Namun itupun tidaklah cukup manakala setelah Ramadan tidak lagi ada program lanjutan untuk tetap membimbing masyarakat menjalani kehidupan yang reliji. Bila kita bertakwa maka Allah akan memberi jalan keluar semua masalah yang kita hadapi dan akan menganugerahkan rizki dari arah yang tidak disangka.
Berfastabiqul khoirah !!!!!
Wassalam
Wassalam